Sumber Sejarah
Tidak banyak sumber sejarah maupun peninggalan sejarah dari Kerajan Jenggala yang dapat menerangkan eksistensi dari kerajaan ini. Namun, dari keterbatasan sumber dan peninggalan sejarah itu, ada beberapa sumber sejarah yang dapat dijadikan rujukan sebagai sarana untuk menerangkan tentang eksistensi dari kerajaan ini. Sumber-sumber sejarah itu antara lain:
Prasasti Wurara, tahun 1211 saka (1289 M)
Kitab Nagara Kertagama
Kitab Calon Arang
Prasasti Banjaran
Prasasti Ngantang
Pembagian Kerajaan Erlangga sebagai Awal Mula Kerajaan Jenggala
Dari beberapa sumber sejarah yang ada, para ahli dapat menafsirkan tentang pembagian kerajaan oleh Erlangga sebagai awal mula Kerajaan Jenggala. Sumber sejarah yang menerangkan tentang pembagian kerajaan oleh Erlangga itu antara lain ialah Prasasti Wurara, tahun 1211 saka (1289 M).
Dari prasasti itu, kita dapat mengetahui bahwa Erlangga telah mmerintahkan Aryya Bharada atau mpu Bharada untuk membagi tanah Jawa menjadi dua bagian dengan air kendi sakti (hal itu diidentifikasi sebagai sungai yang dijadikan batas kedua wilayah kerajaan yang baru dibagi oleh Erlangga). Maka terjadilah Kerajaan Jenggala dan Pangjalu. Selain itu, Kitab Negarakertagama memberikan keterangan bahwa raja Airlangga telah memerintahkan pembagian tanah Jawa karena cinta kasihnya kepada kedua orang anaknya yang sama-sama menjadi raja, yaitu Raja Pangjalu yang bertahta di Daha, dan ………… (Bait ini hilang satu pada.Namun, dari berbagai sumber sajarah lain dan karya-karya kuno yang ada, para ahli menafsirkan bahwa kerajaan yang lainnya adalah kerajaan Jenggala yang bertahta di Kahuripan).
serat Calon Arang menceritakan tentang Raja Erlangga yang merasa bingung karena harus memberikan tahta kerajaan kepada kedua anak keturunannya. Lalu Erlangga mengutus mpu Bharada pergi ke Bali untuk meminta kerajaan di Bali agar dapat memberikan kekuasaannya kepada salah satu anak keturunanya. Tetapi, pihak Bali tidak dapat menyetujui permintaan raja Erlangga, karena pihak kerajaan Bali telah memperuntukkan kerajaan di Bali itu untuk keturunannya sendiri. Setelah merasa tidak ada jalan lain lagi, Erlangga akhirnya membagi tanah kekuasaannya menjadi dua bagian untuk kedua anak keturunannya, hal itu dimaksudkan untuk mencegah perselisihan atau perang saudara antar kedua anak keturunannya itu. Juga di sini yang melaksanakan pembagian itu adalah mpu Bharada. Maka terjadilah kerajaan Panjalu disebelah timur, dan kerajaan Jenggala di sebelah barat.
Kehidupan dan Perkembangan Kerajaan Jenggala
Kerajaan Jenggala terletak disebelah barat dengan ibu kota Kahuripan. Kerajaan ini diperuntukan bagi keturunan Erlangga, dan raja-raja yang berkuasa merupakan anak-anak Erlangga sendiri, sehingga tidak mengherankan jika mereka mengunakan lambang-lambang kerajaan yang melambangkan kebesaran Erlangga sebagai lambang dari kerajaannya, seperti penggunaan garudamukha lancana sebagai cap kerajaan. Pada masa Samarotsaha, ditambahkan pula keterangan janggala lancana pada cap dan lambang kerajaan untuk lebih menegaskan lagi eksistensi Kerajaan Jenggala, tapi tetap melegitimasikan diri sebagai kelanjutan dari wangsa Erlangga.
Sempat diketahui pula bahwa pernah ada perang atau pertikaian perebutan kekuasaan di Kerajaan Jenggala, meskipun tidak dijelaskan secara detail tentang peristiwa tersebut. Informasi itu dapat diketahui melalui keterangan yang terdapat dalam prasasti Banjaran.
Pada perkembangan selanjutnya, kerajaan ini mengalami masa kegelapan selama kurang lebih 60 tahun. Dalam waktu yang relatif lama itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada atau tidak ditemukan satu pun sumber sejarah dan peninggalan sejarah dari Kerajaan Jenggala yang dapat digunakan untuk menyusun kisah sejarah dari Kerajaan Jenggala ini.
Raja-raja Kerajaan Jenggala
Pada awal berdirinya, Kerajaan Jenggala lebih banyak meninggalkan bukti sejarah dari pada Kerajaan Kadiri. Beberapa orang raja yang diketahui memerintah Jenggala antara lain:
- Mapanji Garasakan, berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044), prasasti Kambang Putih, dan prasasti Malenga (1052).
- Alanjung Ahyes, berdasarkan prasasti Banjaran (1052).
- Samarotsaha, berdasarkan prasasti Sumengka (1059).
Keruntuhan Kerajaan Jenggala
Terjadinya masa kegelapan di Kerajaan Jenggala pada perkembangannya menjadikan kita sulit untuk menentukan secara pasti tentang masa perkembangan dan keruntuhan dari kerajaan ini. Namun, menurut prasasti Ngantang (1035), Kerajaan Jenggala akhirnya ditaklukkan oleh Sri Jayabhaya raja Kadiri, dengan semboyannya yang terkenal, yaitu Panjalu Jayati, atau Kadiri Menang. Sejak saat itu Jenggala menjadi bawahan Kadiri.
Dari keterangan itu dapat diambil kesimpulan bahwa keruntuhan Kerajaan Jenggala ini lebih disebabkan karena adanya serangan atau penaklukan dari kerajaan lain, dalam hal ini adalah Kerajaan Kediri pada masa Jayabaya, yang tak lain kerajaan itu adalah salah satu kerajaan hasil dari pembagian kerajaan oleh Erlangga ayng pendiriannya dapat dikatakan sejaman dengan pendirian Kerajaan Jenggala sendiri. Dengan penaklukan itu, Kerajaan Jenggala ada dibawah pengaruh Kerajaan Kediri, dan berakhirlah masa Kerajaan Jenggala.
Sumber :
id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Janggala
Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Tafsir Sejarah Nagara Kertagama. Yogyakarta: LKiS 2006
The History of Javanese Kings–Sejarah Raja-raja Jawa, Yogyakarta: Ragam Media, 2010
readwan45.blogspot.co.id
No comments:
Post a Comment