Citra budaya yang ingin dimiliki oleh tiap bangsa di mata dunia adalah citra budaya yang baik dan sesuai dengan dasar kemanusiaan. Ciri yang khas pada suatu bangsa membentuk budaya yang mengikat dan menjadi watak dari penganutnya. Beberapa budaya telah dikenal masyarakat dunia misalnya:
Kebudayaan tiap bangsa yang berbeda merupakan hasil dari sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang diperoleh manusia dengan belajar selama berabad-abad.
Di abad 20, dimana globalisasi telah menyelami hampir seluruh daratan di bumi, pemahaman budaya tidak lagi hanya mengikat wilayah yang didiami oleh sebuah bangsa namun lambat laun mempengaruhi hingga dapat menggabungkan diri dengan budaya lain. Serangan budaya Korea atau yang lebih dikenal dengan Hallyu Wave adalah contohnya.
Budaya korea telah mulai memasuki pasar Asia semenjak akhir 1990-an. Di Indonesia hal tersebut diketahui lewat penayangan drama Korea seperti
- Endless Love dan
- Winter Sonata di televisi swasta.
Pada eranya, drama tersebut mendapat tempat di hati masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa. Masa kini, Korea makin menyebarkan gaungnya. Bukan hanya lewat drama yang berbondong-bondong ditayangkan oleh beberapa televisi swasta, namun juga lewat dunia musik, fashion, dan juga teknologi. Bahkan tidak hanya di Asia, benua Eropa dan Amerika telah mengaku terkena demam Hallyu. Menurut situs Hollywoodandwall.com, konser artis-artis SM Entertainment seperti
- Super Junior,
- DBSK,
- SHINEE,
- Girl’s Generation, dan
- F(x)
di Paris bulan Juli tahun 2011 menyebabkan lonjakan harga saham SM Ent sebesar 27,3% dari sebelumnya 18.500 KRW pada 10 Juni menjadi 23.550 KRW pada tanggal 1 Juli 2011. Konser tersebut dihadiri oleh lebih dari 7ribu Fans yang "beruntung" karena tiket konser tercatat telah habis hanya dalam waktu 10 menit.
Namun sebagaimana budaya asing yang muncul, tidak semua masyarakat pribumi dapat menerimanya, termasuk serangan Hallyu Wave ke Indonesia. Terdapat beberapa pihak yang melayangkan nada negatif terkait stylepemuda-pemudi Korea. Potongan rambut yang “tidak biasa” dan berwarna-warni disertai make up tebal dan baju full-colour, dianggap beberapa pihak sebagai pilihan gaya aneh, nyentrik, lebay dan nada-nada negatif lainnya. Adapula yang menanggapi dengan membentuk Boyband dan Girlband untuk menyaingi Boyband dan Girlband Korea yang sedang banyak digandrungi kaum muda. Fenomena tersebut mendapat sambutan hangat dari sejumlah masyarakat Indonesia namun juga menuai kecaman dari sejumlah lainnya.Perhatian sebenarnya tidak hanya berlaku pada budaya Korea namun sempat juga dilancarkan pada budaya Barat, India, Taiwan, dan budaya-budaya lain yang masuk ke Indonesia. Misalnya tren menggondrongkan rambut ala pemuda Taiwan di drama populer Meteor Garden yang sempat menjadi favorit para Salon-ers laki-laki di Indonesia. Bahkan tren tersebut tidak hanya datang ke gaya rambut tapi juga mendarat ke dunia drama televisi sehingga dibuatlah sinetron Meteor Garden versi Indonesia. Gaya tari-tarian dalam film khas India pun tak luput untuk dijiplak agar ikut memperoleh ketenaran.
Dan bukan rahasia lagi, budaya Amerika yang sering dipertontonkan di film-film box office-nya mendapat perhatian yang sangat serius. Dalam pengertian budaya Amerika menurut Wikipedia.org bahwa bahkan setiap budaya mempunyai pedoman bijak yang dianut masyarakatnya, termasuk budaya Amerika. American Dream atau mimpi orang Amerika adalah sebuah kepercayaan bahwa melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa mempedulikan status sosial maka seseorang bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. Hal yang menarik jika dikaitkan dengan fenomena Girlband dan Boyband Indonesia. Ketika artis Korea harus menjalani pelatihan bertahun-tahun setelah sebelumnya diterima melalui audisi ketat yang mengharuskan mereka memiliki banyak kelebihan, ternyata di Indonesia hanya butuh kurang lebih 6 bulan untuk mengorbitkan “seorang yang sebelumnya bukan apa-apa” menjadi artis Boyband danGirlband. Para trainee Korea dilatih terus-menerus setiap dengan tanpa pemberitahuan tentang tanggal debut mereka nanti. Namun disinilah daya tahan mereka diuji. Hingga akhirnya mereka bisa merajai chart-chart di Asia, bahkan mulai mendapat tempat di hati para insan musik diseluruh penjuru dunia. Hal itu maasih belum disadari oleh sebagian besar sineas musik yang masih mengandalkan sensasi dan hal instan untuk memperoleh ketenaran, terutama yang mengingkan ketenaran lewat penjiplakan budaya.
Budaya luar dapat memberikan keuntungan berupa ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kebudayaan sendiri. Namun juga bisa menjadi air bah yang menenggelamkan budaya pribumi, seperti yang terjadi di bumi Indonesia saat ini. Tanggapan negatif terhadap budaya luar menjadi hal yang tak terbantahkan ketika sebagian masyarakat menyadari telah kehilangan jati diri sedangkan yang lain masih terlena dengan “keajaiban” budaya lain. Namun mencerca bukanlah jawaban atas fenomena tersebut. Karena tiap budaya mempunyai ciri khas sendiri yang dianggap sebagai hal yang umum bagi penduduk bangsanya. Seperti misalnya tubuh laki-laki dewasa yang tinggi dengan badan kekar dan abs, serta tatoo artistik yang menempel disalah beberapa bagian tubuhnya, banyak menjadi idola khas wanita-wanita Yankee. Namun ketika budaya tersebut menjalar ke Indonesia hal tersebut banyak mendapat gunjingan bahkan tertawaan oleh laki-laki Indonesia yang berperawakan sedang, dada rata, dan tidak suka bertelanjang dada. Hal ini disadari atau tidak adalah bentuk pelecehan terhadap budaya bangsa lain. Orang yang menertawakan dan orang Indonesia yang berupaya serupa denganYankee, menggunakan cara pandang yang berbeda namun berujung pada hal yang sama yaitu Cara pandang yang tidak baik terhadap budaya asing. Karena tentu saja penyerapan budaya harus disesuaikan dengan budaya dasar kita. Tentu pembahasan tentang "penyimpangan budaya" ini sudah jutaan kali menggema di bangunan berisi banyak kursi yang kita sebut "sekolah".
Budaya pada dasarnya digunakan untuk membentuk masyarakat yang bermatabat. Oleh karena itu ketika seseorang menertawakan dan menggunjing budaya bangsa lain hal itu tentu akan menyakiti bangsa yang memakai budaya tersebut sebagai ciri khasnya. Menumbuh-kembangkan sebuah budaya adalah pekerjaan yang tidak hanya dilakukan selama hitungan bulan melainkan melalui proses berahun-tahun, bahkan berabad-abad. Memahami seluk beluk budaya suatu bangsa dan menghormatinya, tidak mengejek dan menertawakan, serta mengambil ilmu darinya adalah harapan yang sebenarnya ada dalam sistem globalisasi. Pengenalan suatu budaya terhadap budaya lain berarti menginginkan agar budayanya dapat diakui dan diterima sebagai bagian dari budaya dunia. Kebudayaan yang baik di mata dunia, selain menaikkan prestis masyarakat juga menguntungkan dari segi pertumbuhan di sektor pariwisata sebuah negara. Pada dasarnya berbagi macam hal baik dapat diperoleh dari cara pandang yang baik, termasuk dalam hal memahami kebudayaan negara lain dan kebudayaan milik bangsanya sendiri.
sumber : Kajian Budaya, academia.edu
No comments:
Post a Comment