Konteks Pendidikan Berbasis Budaya
Pendidikan merupakan topik yang tidak pernah usai dibicarakan dan didiskusikan. Diskusi itu pun seolah tidak berujung karena selalu tidak pernah menemukan titik temu berupa solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan pendidikan di indonesia, bahkan selalu muncul masalah baru. Namun berbagai pihak, masih terus semangat memikirkan jalan terbaik bagi sistem pendidikan di Indonesia.
Hal ini memang wajar mengingat pendidikan merupakan hal pokok dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pendidikan sangat mempengaruhi tingkat peradaban suatu bangsa. Ketika pendidikan gagal, maka suatu negara akan sulit untuk berkembang. Misalnya saat ini di Indonesia timbul berbagai masalah bangsa yang silih berganti, maka dapat dikatakan kegagalan pendidikan juga berperan dalam terjadinya masalah ini.
Ketika korupsi marak terjadi menguras kekayaan bangsa ini, maka dapat dikatakan bahwa kegagalan pendidikan untuk membentuk SDM yang berkarakter dan bermoral sebagai penyebab akan hal itu. Ketika reformasi yang telah digulirkan sekian tahun belum mampu membuahkan hasil maksimal, maka dapat dikatakan kegagalan pendidikan menciptakan masyarakat cerdas sebagai penyebab akan hal itu. Bahkan ketika saat ini kita masih berdiskusi tentang pendidikan, dapat dikatakan bahwa hal itu sebagai dampak ketika selama ini pendidikan belum mampu meciptakan SDM yang cerdas yang dapat merumuskan sistem pendidikan yang ideal untuk indonesia.
Melihat beberapa fakta di atas dan memandang out put pendidikan saat ini, dapat disimpulkan bahwa harus ada reformasi pendidikan di indonesia. Reformasi sangat penting sebelum paradigma yang salah semakin menguasai sistem pendidikan di indonesia.
Konstitusi mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu pendidikan harus diarahkan untuk mampu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai perwujudan dari cita-cita negara itu. Secara demografis, besarnya jumlah penduduk di Indonesia seharusnya sebagai aset yang menjadi kelebihan dibanding negara lain. Seandainya penduduk dengan jumlah yang besar itu merupakan SDM yang unggul dan berbudaya, maka kemajuan pun akan menjadi milik bangsa ini.
Integrasi Pendidikan dan Kebudayaan
Kebudayaan adalah unsur fundamental dalam pengembangan pendidikan secara utuh. Pendidikan yang baik tidak serta merta hanya mengembangkan intelektualitas tetapi yang terpenting intelektualitas yang berbudaya. Sejak didirikannya negara ini, para founding fathers telah memperhitungkan bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk melihat ragam budaya nasional, sehingga merevitalisasi pendidikan harus memasukkan unsur-unsur nilai budaya yang menjadi penopang kualitas pendidikan.
Di Negeri Jepang, sistem pendidikannya diramu sedemikian baik dengan pengintegrasian sistem pendidikan dengan nilai-nilai budaya lokal setempat, tanpa harus memperhitungkan sistem pendidikan global, namun kendati demikian ternyata standar pendidikan Jepang mampu bersaing dengan kualitas pendidikan global. Hal ini terjadi karena fokus pengembangan pendidikan di Negeri Sakura tersebut dilandasi dengan pengembangan kebudayaan lokal setempat yang secara otomatis sistem pendidikan tersebut menjadi ukuran standar pendidikan global.
Berbeda di Indonesia, eksperimen terhadap pendidikan yang ada selama ini dibajak dari standar global yang senyata telah membabibutakan penerapan pendidikan yang meninggalkan nilai-nilai keaslian budaya lokal. Keaslian pendididikan yang berbudaya termarjilkan akibat harus mengikuti standar-standar global.
Kehadiran sistem baru dalam pendidikan yang terbangun lebih banyak memberikan efek samping yang kurang baik dibandingkan dari manfaatnya, sehingga masalah kompleksitas peningkatan kualitas pendidikan saat ini adalah masalah yang hanya berorientasi pada pengejaran standar global, sehingga kecenderungan pendidikan terstigma oleh pengejaran angka semata.
Para ahli antropologi seperti Theodore Brameld melihat keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai.
Di dalam rumusan mengenai kebudayaan, telah menjalin ketiga pengertian: manusia, masyarakat, budaya, sebagai tiga dimensi dari hal yang bersamaan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Apabila kebudayaan mempunyai tiga unsur penting yaitu kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan yang mempunyai suatu visi tertentu (goals), maka pendidikan dalam rumusan tersebut adalah sebenarnya proses pembudayaan.
Dengan demikian tidak ada proses suatu pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, dan proses kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi dalam hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat tertentu. Betapa suatu kebudayaan tanpa adanya proses pendidikan berarti kemungkinan kebudayaan tersebut punah. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik.
Kebudayaan Untuk Pendidikan
Kebudayaan yang menjadi roh pendidikan adalah kebudayaan dalam tataran nilai. Kebudayaan tersebut bukanlah kebudayaan yang statis, namun responsif-evaluatif dengan unsur yang terkandung di dalamnya. Koentjaraningrat merumuskan tujuh unsur kebudayaan: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan.
Dengan demikian memisahkan pendidikan dari kebudayaan merupakan suatu kebijakan yang merusak perkembangan kebudayaan sendiri, malahan mengkhianati keberadaan proses pendidikan sebagai proses pembudayaan. Nilai-nilai budaya yang menjadi roh pendidikan merupakan nilai luhur yang telah hidup di msyarakat. Di sana terdapat pesan hidup, pesan moral sehingga tercipta masyarakat yang berkarakter. Unsur universal dan nilai budaya terdapat dalam bahasa, teknologi, organisasi sosial, sistem pengetahuan dan kesenian.
Di bidang teknologi misalnya, kita dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah dan arsitektur tradisional seperti berbagai rumah adat. Organisasi sosial dapat kita lihat di dalam organisasi yang masih hidup seperti sistem subak di Bali. Di dalam bidang kesenian misalnya terdapat berbagai tekstil seperti batik.
Apabila kebudayaan menjadi roh pendidikan, maka pendidikan pun akan mampu menjawab permasalahan dalam masyarakat karena yang dipelajari bersumber dari masyarakat itu sendiri. Misalnya saat ini untuk menentukan cara becocok tanam yang baik di Indonesia kita malah mengadopsi teori pertanian dari Jepang yang belum tentu sesuai dengan keadaan di indonesia.
Pendidikan Untuk Kebudayaan
Ketika pendidikan diintegrasikan dengan kebudayaan maka terdapat manfaat timbal balik. Misalnya pendidikan mengajarkan nilai-nilai budaya dalam seni budaya seperti tarian, dongeng dan lain sebagainya maka secara otomatis tindakan tersebut juga sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya.
sumber:
makalah pendidikan berbasis budaya, oleh Aginia Ashari ,dkk
No comments:
Post a Comment