twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Monday, November 2, 2015

TO MANURUN

Di beberapa literatur sejarah Toraja berpendapat bahwa Tomanurun (to = orang; manurun = turun) di perkirakan muncul pada abad ke 13 Masehi di Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo. Terdapat kepercayaan di kalangan masyarakat bahwa Tomanurun itu datang dari langit, atau turun dari langit, sebuah kisah mitologis yang ada sampai sekarang, tidak saja di kalangan orang Toraja sekarang tetapi juga di kalangan kelompok etnis lainnya di Sulawesi Selatan.

Menurut sejarahnya, tomanurun-tomanurun yang datang itu mempunyai ciri-ciri antara lain: 
  • orang-orang yang sangat pandai dan cerdik. 
  • dalam pergaulan mereka sangat bijaksana. 
  • mereka juga mengajarkan masyarakat cara bercocok tanam dan beternak yang baik, 
  • orang yang maha tahu dan saleh. 
  • membimbing masyarakat untuk memuja dan menyembah kepada sang pencipta yang maha kuasa seperti yang telah diajarkan oleh ajaran Aluk Sanda Pitunna/Aluk 7777, 
  • golongan masyarakat yang disebut Tomatasak (to: orang; matasak: asli, mulia, sempurna). 
Tomanurun-tomanurun itu pun bergelar puang. Tetapi kedudukan mereka dianggap dan dipandang lebih tinggi dari puang-puang yang telah ada, karena mereka dianggap sebagai keturunan dewa dari kayangan. 

Sejak itu terkenallah puang-puang tomanurun sebagai penguasa yang tertinggi dalam masyarakat sekaligus mengambil alih kekuasaan dari para puang yang telah ada. Maka mulailah puang turunan tomanurun dan seluruh keturunannya memegang kekuasaan adat sebagai pengganti para puang yang bukan tomanurun. Selain sebagai pemegang kekuasaan, masyarakat juga menganggapnya setengah dewa dengan gelar Puang Tomatasak yang oleh masyarakat disebut : 


Tomamma’ balian, tomatindo bai tora, totang unranngi arrak tang unpedailling gamara, totang di ola bobona, tang di lomban tingayona, todikulambu mawa’, todirinding dotilangi’, tangna lambi’ peruso kalando, dst. 
Artinya orang yang tidur nyenyak dalam kemuliaan tak dapat diganggu serta tak dapat dihampiri karena tidak dapat diduga keinginannya, dst. 


Mengenai Tomanurun, yang diperkirakan muncul pada awal abad ke-13 atau sekitar 150 tahun sesudah tersebarnya Aluk Sanda Pitunna di Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo. Di antara para Tomanurun antara lain yang dikenal luas oleh masyarakat Toraja yaitu : 
  • Tomanurun Tamboro Langi’ ri Kandora`, 
  • Tomanurun Manurun di Langi’ Puang ri Kesu’, dan 
  • Tomanurun Mambio Langi’ ri Kaero. 
Tokoh paling terkemuka di antara para Tomanurun itu ialah Tamboro Langi’. Dialah yang dikenal sebagai pendiri apa yang disebut Aluk Sanda Saratu’ (Aluk Lengkap Seratus) sering juga disebut Aluk Sanda Karua (Aluk Lengkap Delapan/888) karena dinilai melengkapi Aluk Sanda Pitunna yang sudah diterima baik dalam masyarakat. Dengan kedatangan para Tomanurun, khususnya lewat penyebaran Aluk Sanda Saratu’, mulailah berlaku sistem monarki, dan stratifikasi sosial yang ditandai dengan tiga tingkatan status dalam masyarakat, antara lain  :
  • golongan puang (teridiri dari para Tomanurun dan keturunannya), 
  • golongan tomakaka (penduduk yang ada sebelumnya) dan 
  • golongan kaunan (para hamba, yang dikatakan datang menyertai Tomanurun, serta keturunannya). 
Pada masa itu, kepemimpinan dalam masyarakat diambil alih oleh para Tomanurun dan keturunannya, sementara para kepala-adat yang lama (di kalangan para tomakaka) turun ke tingkatan lebih rendah (bua’ ke bawah), dimana pada kenyataannya semangat kekeluargaan dan sistem Aluk Sanda Pitunna tetap hidup di kalangan masyarakat. Hal tersebut di atas berlangsung di bagian selatan Padang Di-puang-i yang sekarang ini dikenal wilayah Tallu Lembangna. Sedangkan di bagian Utara berupaya tetap mempertahankan Aluk Sanda Pitunna secara murni sehingga dapat dipahami kalau kemudian pusat Aluk Sanda Pitunna pindah dari Banua Puan di Marinding ke Kesu’ yang selanjutnya dikenal sebagai Panta’nakan Lolo. 

Selain puang-puang tomanurun yang disebutkan di atas, masih ada pula beberapa tomanurun yang datangnya tidak di daerah Padang di Puangngi, antara lain: 
  • Tomanurun di Rombe Ao’, 
  • Tomanurun di Kabongian, 
  • Tomanurun di Sado’ko’, dll. 
Tetapi kesemuanya itu tidak banyak diketahui sejarahnya. Hanya ketiga tomanurun tersebut di atas, yaitu : Tomanurun Manurun di Langi’, Tomanurun Tamboro Langi’, dan Tomanurun Mambio Langi’ yang mempunyai sejarah dan kekuasaan yang terbina sejak dulu dengan susunan tertentu sampai sekarang. 

Versi lain asal dari To Manurun yang berbeda antara lain menurut: 
  • Dr.C. Salombe’ yang dikutip Mgr. r. John Liku-Ada’, mereka boleh jadi berasal dari Jawa Timur di masa pemerintahan Kertanegara, raja terakhir Singhasari (1268-1292). 
  • Liku-Ada’ menjelaskan bahwa pendapat ini mungkin saja benar, dengan merujuk pada B.Klekke, H.d. Graaf dan C. Coedes, M.P.M. Muskens menulis, ‘ di abad ke -13 Kerajaan Singhasari mengontrol jalurjalur perdagangan penting antara pulau-pulau penghasil rempah-rempah di Timur dan pusat perdagangan di Malakka. 
  • para Tomanurun boleh jadi adalah bagian dari sejumlah ekspedisi yang dikirm Kertanegara ke pulau-pulau lain dalam rangka membangun kekuatan menghadapi ancaman kekuatan Kubilai Khan dari Utara (Peking) Raja Mongol. 
  • Kemungkinan lain ialah bahwa para Tomanurun itu ialah orang-orang ponggawa kerajaan yang meninggalkan Jawa Timur, setelah kejatuhan Singhasari, menyelamatkan diri dari kerjaan orang-orang Jayakatwang. 

No comments: