twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Tuesday, December 1, 2015

LUKISAN GUA PRASEJARAH DI KALIMANTAN

Cap Tangan Gua Tewet, Kalimantan.
Foto oleh Luc-Henri Fage, sumber wacana nusantara
Lukisan gua prasejarah di Kalimantan terbanyak dijumpai di Kalimantan Timur dan kemudian Kalimantan Barat. Penemuan pertama lukisan gua di Kalimantan Timur (di Kabupaten Kutai) diketahui dari tim arkeologi gabungan Indonesia dan Perancis pada tahun 1982. 1983 dan 1986. Penelitian kemudian ditindaklanjuti oleh Chazine pada tahun 1994 yang meneliti di wilayah situs Sungai Bungam (Kapuas Hulu) dan wilayah pegunungan Muller (Kutai).

Penelitian sehubungan dengan peninggalan-peninggalan budaya pada zaman prasejarah di pulau Kalimantan kemudian dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin yang sudah dirintis dari tahun 1955, terutama yang berkaitan dengan lukisan gua prasejarah. Hingga saat ini, lukisan gua prasejarah di Kalimantan terus mengundang ketertarikan para peneliti baik dari dalam dan luar negeri untuk mengungkap misteri kehidupan zaman prasejarah di wilayah tersebut.

Kendati demikian, penelitian seni cadas di Kalimantan dan juga wilayah-wilayah lainnya di Indonesia kerap menemui hambatan mengingat kondisi wilayah geografis yang cukup berat, jarak tempuh yang jauh, serta memerlukan biaya yang kadang tidak sedikit. Tujuan dari penelitian lukisan gua prasejarah selain untuk mengetahui kehidupan manusia pada zaman dahulu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk dipelajari manusia sekarang. Misalnya tentang “sejarah seni”, sistem kepercayaan, dan juga bahan pewarna yang digunakan.

Gua yang Memiliki Lukisan
Penelitian terhadap gua-gua yang terdapat lukisan prasejarah di Kalimantan oleh Indonesia baru dimulai dengan melakukan survei pada tahun 1995 yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasih dan Pusat Arkeologi Nasional ke pegunungan Meratus, yang termasuk Kabupaten Tabalong (Kalimantan Selatan), guna memperoleh data tentang aktivitas kehidupan zaman prasejarah yang berciri mesolitik dan neolitik. Salah satu gua tersebut adalah Gua Babi. Di dalamnya ditemukan sisa-sisa aktivitas hunian yang dicirikan oleh benda-benda serpihan batu rijang, pecahan gerabah berhias, serta himpunan sisa moluska dari kelas gastropoda.Contoh arang dari Gua Babi yang dianalisis dengan metode pertanggalan C-14 menghasilkan data 5000 tahun yang lalu.

Pada tahun 1996 penelitian dilakukan di kawasan Tanjung Mangkalihat, Sangkulirang, Kutai Timur (Kalimantan Timur). Dari gua-gua yang terdapat di wilayah tersebut, dipastikan bahwa ada delapan gua yang memiliki lukisan, yaitu: Gua Mardua, Gua payau, Gua Liang Sara, Gua Masri, Gua Ilas Keceng, Gua Tewet, Gua Tamrin, dan Gua Ham.

Penelitian yang cukup intensif di kawasan ini jusru telah dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis yang dipimpin oleh Jean-Michael Chazine, seorang ahli etno-arkeologi yang sudah dirintisnya sejak tahun 1993, baik berupa survei maupun penggalian arkeologi.

Gua Tamrin dan Gua Ham
Lukisan gua yang cukup menarik perhatian adalah lukisan gua di Gua Tamrin dan Gua Ham karena di dalam gua tersebut terdapat banyak gambar. Gua Tamrin yang berada dekat sungai Marang, bahkan memiliki lukisan-lukisan penari yang mengenakan topeng pada seluruh bagian kepala. Lukisan tersebut sedikitnya mirip dengan tari-tarian adat yang masih berlangsung di beberapa suku papua dan beberapa kepulauan di Melanasia.

Sementara di Gua Ham diketemukan lukisan penari, hewan yang menyerupai tapir, jenis rusa dan tumbuhan. Yang paling luar biasa adalah lukisan cap tangan yang jumlahnya mencapai 275 gambar, dan menjadi salah satu gua yang memilki lukisan cap tangan terbanyak di dunia.

Pola Lukisan
Pola lukisan gua yang cukup dominan di beberapa gua di Kalimantan adalah lukisan cap tangan, yang hampir sama dengan lukisan cap tangan yang diketemukan di kompleks Maros dan Pangkajene (Sulawesi Selatan). Pola lainnya antara lain hewan banteng dan sejenis tapir yang diperkirakan telah punah ribuan tahun lalu. Ada juga hewan babi, sejenis rusa, tumbuhan, pola geometris, dan gambar manusia yang digambarkan seperti sedang berburu dan menari. Pola dan bentuk lukisan secara tidak langsung juga dapat menunjukan kelas sosial yang berkembang pada masa itu, baik itu yang mengandung simbol-simbol yang berhubungan dengan sosial-ekonomi maupun makna religi-magis.

Roder dan Galis yang meneliti lukisan gua di wilayah Maluku dan juga juga di wilayah Papua, lukisan gua terkadang berkaitan dengan upacara-upacara dan bentuk penghormatan kepada nenek moyang, bentuk inisiasi, dan juga untuk keperluan memperingati kejadian yang penting.

Lukisan-lukisan itu seperti diselimuti suasana sakral dan juga religius. Lukisan itu juga seperti ungkapan permohonan yang dengannya mereka melukiskan agar dapat dikabulkan, sebuah impian. Beberapa bahkan menyatakan lukisan gua sebagai tanda belasungkawa yang dapat mengantarkan perjalanan seseorang ke dunia lain.

Semua yang tergambar pada lukisan gua masa prasejarah itu merupakan bentuk refleksi kehidupan yang dijalani manusia di masanya. Gua bukan hanya sebagai tempat mereka berteduh, gua adalah rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai tempat beristirahat atau sebagai tempat tinggal saja, tapi gua-gua itu dijadikan sebagai salah satu tempat untuk mengekspresikan perkembangan hidup yang mereka jalani.

sumber :
WACANA NUSANTARA — 28 NOV, 2009

No comments: